Sabtu, 24 September 2016

Rapat Persiapan PAB PMR

Hari Sabtu ini (24/09), gue dan segenap anggota PMR di sekolah gue ngadain rapat. Kali ini bukan yang pertama kali, tapi kedua kalinya diminggu ini.

Sama seperti hari Rabu yang lalu (21/09), rapat yang kedua ini membahas mengenai tetek-bengeknya pelaksanaan PAB (Penerimaan Anggota Baru) PMR di Madrasah tercinta gue. Tetapi, rapat kali ini lebih rinci dan membosankan menurut gue.

Sebenarnya, paginya gue dan seluruh temen-temens seperjuangan dan senasib gue sedang melaksanakan perang babak pembukaan pertama tahun ini. Yaitu perang besarnya para pelajar yang para pendidik sebut sebagai Ulangan Tengah Semester. Iya, UTS!

Beruntung, salah dua mapel yang diujikan hari itu mampu gue lawan dengan sangat mulus dan telak. Berbekal dengan daya ingat gue yang kadang tinggi banget, gue ngerjain due lembar soal beda mapel tersebut dengan berleha-leha. Bahkan, seakan-akan pencil gue berjalan sendiri di cengkeraman tangan gue!

Marvellous!

Dan tak lupa, satu mapel yang memang sudah diprediksikan akan menjadi soal yang dapat membuat wajah para pelajar di sekolah gue seakan-akan berkata lebih-baik-aku-tidur ternyata sangatlah mengerikan!

Lima menit setelah memperhatikan soal tersebut, para anak didik di kelas gue langsung membeku. Yang tadinya tampak sehat wal-afiyat, langsung ambruk dengan mengeluar suara dengkuran yang memilukan. Yeah! They slept guys!

Padahal mapel tersebut diujikan di jam pertama! Gue ulang, DI JAM PERTAMA!

Yang berarti masih di sekitaran jam tujuh pagi!

Bahkan seorang temen di kelas gue berceletuk, "Saya menyerah! Bendera putih untuk bapak Syalaala!" sembari melambai-lambaikan tangan pada kamera CCTV.

Wow, sudah tidak diragukan lagi bagaimana mengerikannya mapel yang satu itu.

(Eh, ini kok bahasannya malah seputar tidur!)

Eh, kembali ke topik. Setelah bertempur selama tiga hari tiga malam, dengan aneka suara dentingan pulpen, dan mendapatkan dua kemenangan besar. Akhirnya semua anggota berkumpul di kelas gue, yaitu kelas XI IPA 2. Karena saat itu kelas gue masih dibersihkan sama anggota piket, akhirnya kita semua lari ke kelas XI IPS 3. 

Kedua temen lengket gue—Hanik dan Dewi—nemenin gue masuk. Walaupun sebenernya si Dewi bukan anggota PMR sekolah gue. Semoga saja ini tidak dianggap sebagai tindakan penyelundupan imigran gelap.

Seperti yang sudah gue utarakan diatas, rapat kali ini bener-bener membosankan. Terutama bagi perkumpulan gue yang pasif-nya nggak ketulungan. Ujung-ujungnya, kita bertiga malah bercanda ngalor-ngidul nggak jelas.

Ya begitulah akhirnya, kita bosen bercanda, lalu mencoba menyimak, bosen lagi karena yang diperhatikan cuma mereka yang punya andil besar dalam acara, lalu kita memperhatikan beberapa anak—yang kebanyakan main HP pas rapat—pulang, dan kita akhirnya ikutan pulang.

Dan selesailah tulisan ini~~

T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar