Jumat, 29 April 2016

Bukan Pahlawan Biasa

Sudah setengah tahun ini gue ikut ekstrakulikuler PMR. Walaupun baru kali ini gue ikut, dan jarang banget gue hadir di pertemuannya, tapi gue tetaplah anggota PMR. Dan ya… semoga seterusnya tidak seperti itu.

Siang itu, waktu gue menikmati jam istirahat pertama, seorang kakak kelas berkunjung di kelas gue. Gue kira cuma mau ketemu sama mbak Elly, ketua kelas di kelas gue. Gue hiraukan, karena itu sudah biasa.

Ternyata dugaan gue salah, salah besar malah! si mbak imut itu ternyata punya maksud dan tujuan lain, yaitu… nagih uang buat kosteam PMR.

Uh-oh! Detik itu juga gue langsung kaget. Kaget karena gue gak bawa uang. Kaget karena semua makhluk di kelas tiba-tiba ngaku gak punya duit. Dan kaget ketika gue inget tadi lihat mereka-mereka yang ngaku gak punya duit makan bakso di kantin. Nah loh! Berarti mereka bayar pake apa dong? Ah, entahlah, hanya Sang Maha Kuasa yang tahu.

Keadaan makin genting ketika sebagian anggota PMR di kelas gue udah pada bayar. Oh, no! Ini giliran gue. Karena tahun ini kakak kelas gue gak ada lagi yang cowok, otomatis senyum menawan gue gak bakal mempan. Jadi, untuk menghadapi kakak kelas di sekolah khusus cewek, hanya muka memelas dan kata-kata manis yang menyiratkan masalah utama gue yang gue andalin.

Jantung gue udah kaya es degan waktu si mbak anggota PMR itu ngabsen list yang tertera nama-nama para pengutang, eh, bukan, maksudnya pemesan. Pasti cuma nama gue yang gak dicentang.

"Shinta sama Mufi mana?" Tanyanya. Gue bengong antara seneng ada yang nemenin sama heran sama si Mufi. Lah gimana tidak, dia kan yang jadi tukang ngoder di kelas, kok malah belum bayar? Ah, entahlah, sekali lagi hanya Yang Maha Kuasa yang tahu.

Seketika itu juga si unyu Mufi menghampiri kakak kelas tadi. Dirayunya si mbak perihal kesalahannya, yaitu gak bawa duit. Dan ya… si mbak luluh, gak jadi nagih, dan gue bebas. Mufi pahlawan unyu ku.

Mungkin jika hari ini gak ada si Mufi, si anggota yang paling akrab sama kakak kelas. Gue bakal disate sama si mbak kelas. Atau mungkin malah diancam gak bakal di kasih kaos? Ah, entahlah, sekali lagi, hanya Yang Maha Kuasa yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar